Perjuangan Feri, Mahasiswa dengan Cerebral Palsy: Setiap Hari Bersepeda Menuju Kampus, Menempuh Jarak 2 Kilometer

by -104 Views
Perjuangan Feri, Mahasiswa dengan Cerebral Palsy: Setiap Hari Bersepeda Menuju Kampus, Menempuh Jarak 2 Kilometer

Muhammad Feriyanto, naik sepeda rodanya saat pulang dari kampus UIN KHAS Jember. (Foto: Fathur Rozi untuk Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, JEMBER- Keterbatasan fisik tidak menghalangi Muhammad Feriyanto, yang menderita Cerebral Palsy (CP), untuk mengejar pendidikan tinggi. Bungsu dari tiga bersaudara ini, saat ini sedang belajar di Program Studi Hukum Keluarga (HK) di Fakultas Syariah di Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Shiddiq (UIN Khas) Jember. Semangatnya sangat tinggi.

Ketika ditemui oleh Suaraindonesia.co.id pada Rabu, 11 September 2024, Feri sedang menunggu azan untuk menunaikan salat Zuhur di Masjid UIN Khas, Kelurahan Mangli, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Setiap hari untuk pergi ke kampus, anak dengan gangguan gerakan dan koordinasi tubuh ini mengayuh sepeda roda tiga. Feri mengayuh sepeda yang sudah dimodifikasi dengan tiga roda, menempuh jarak sekitar 2 kilometer dari rumahnya di Jalan Udang Windu, Lingkungan Krajan Mangli, Kecamatan Kaliwates.

Selama perjalanan, ia memerlukan sekitar setengah jam untuk sampai ke tujuan. Karena ia tidak dapat mengayuh sepeda dengan cepat karena kondisi jalan yang ramai dan keterbatasan fisiknya.

Dia berharap kelak bisa memiliki motor roda tiga, untuk mempermudah aktivitas dan mempersingkat waktu perjalanan menuju kampus. “Alhamdulillah, Feri sudah bisa naik motor. Kemarin saya sempat mencoba milik teman disabilitas yang lain,” jawabnya sambil tersenyum.

Bagi Feri, sepeda tersebut sudah seperti teman, bahkan sejak ia duduk di bangku SMP. Sebagian besar hidupnya, ia bergantung pada sepeda roda tiga tersebut. “Saya selalu menggunakan sepeda untuk pergi dari gedung ke gedung kampus agar tidak merepotkan. Teman-teman di kampus juga selalu membantu tanpa diminta,” ujarnya.

Meskipun mendapat Uang Kuliah Tunggal (UKT) golongan 2 sebesar Rp 1,5 juta, ia tetap berharap untuk mendapatkan beasiswa KIP-K. Karena nominal UKT tersebut cukup besar baginya, mengingat kondisi keuangan keluarganya yang terbatas. Ibunya tidak bekerja dan hanya mengandalkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).

“Saya sudah mengajukan beasiswa KIP-K. Masih menunggu pengumuman. Tadi malam staf karyawan kampus menghubungi saya. Kalau saya mendapatkan beasiswa KIP-K dari rektor,” katanya.

Sebelumnya, keinginan Feri untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi tidak didukung oleh keluarganya bahkan dilarang. Karena ibunya meragukan keinginannya, khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Kakaknya juga khawatir terhadapnya. Takut nantinya adiknya akan mendapat perundungan setelah masuk di perguruan tinggi.

“Namun akhirnya keluarga setuju. Karena Feri meyakinkan bahwa hal itu tidak akan terjadi. Alhamdulillah, teman-teman di kampus juga baik dan mendukung,” tutupnya. (*)

» Baca berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta: Magang (Fathur Rozi)

Editor: Mahrus Sholih