Seorang pengunjung mengambil air langsung dari Sumber Tunjung untuk diminum. (Foto: Fathur Rozi untuk Suara Indonesia)
SUARA INDONESIA, JEMBER- Di bawah gumuk yang berada di Desa Panti, terdapat sebuah mata air yang menyimpan banyak cerita. Warga setempat menyebutnya dengan Sumber Tunjung, sebab sebelumnya banyak bunga tunjung yang hidup di area sekitar.
Dahulu, sekitar setengah abad yang lalu, mata air yang terletak tak jauh dari Balai Desa Panti itu, bukan hanya sekadar ditimba untuk keperluan dapur. Melainkan pula menjadi bagian penting dari tradisi ruwatan, sebuah upacara sakral untuk mengusir nasib buruk.
Muhammad Zainal, anak juru kunci terakhir, menyebutkan, terdapat tujuh desa yang menimba mata air tersebut untuk keperluan ruwatan. Desa itu Meliputi Panti, Pakis, Kemuning, Glagahwero, Kemiri, Suci dan Serut.
“Orang dulu dari desa tersebut sangat menyakralkan mata air tersebut,” ujarnya ketika ditemui seusai melakukan tilik sumber di Desa Panti, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu (7/9/2024).
Dikisahkan, tujuh desa yang sebelumnya disebutkan dalam proses pengambilan air, mereka terlebih dahulu melemparkan koin ke dalam sumber air. “Namun hal tersebut sudah menjadi sejarah. Dan kini koinnya sudah tidak bisa terlihat, sebab terkubur tanah akibat erosi dan banjir bandang,” tambahnya.
Dirinya juga menjelaskan, menurut kakeknya yang juga merupakan juru kunci, selain mengambil air, di situ juga diambil bunga tunjung, sebagai pelengkap prosesi ruwatan.
Sebab, tanaman itu memiliki makna yang begitu besar. Menurut penuturannya, bunga tunjung adalah simbol kemakmuran dari sebuah desa. Karena jika bunga tersebut tak lagi ditemukan, bisa jadi hal itu adalah pertanda akan datangnya paceklik.
Namun, jika bunga tunjung yang menjadi pelengkap ruwatan tidak muncul. Terpaksa diganti dengan teratai, mengingat dua bunga itu memiliki bentuk yang cukup serupa. “Mungkin masih satu jenis sama teratai, tapi bentuk bunga tunjung lebih kecil,” terangnya.
Kini, Sumber Tunjung tak lagi ditimba untuk keperluan ruwatan. Namun dari kisah masa lampau itu, Pemerintah Desa Panti berupaya untuk menghidupkannya kembali. Namun hanya sebagai lokawisata, baik itu tempatnya yang menyejukkan ataupun sejarahnya yang begitu penting untuk pengetahuan. (*)
ยป Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta: Magang (Fathur Rozi)
Editor: Mahrus Sholih