Produk kelapa dan turunannya belum dapat diekspor langsung dari Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar. CEO PT Coconut Internasional Indonesia, Asriyhanin, menyatakan bahwa pemerintah menekan untuk ekspor namun tidak menyediakan kontainer. Sejak 2006, perusahaannya telah mengirim produk kelapa ke luar negeri, namun hanya bisa menyasar beberapa negara di Asia seperti Jepang dan China. Ekspor ke Eropa sangat sulit dan memerlukan prosedur panjang serta biaya yang tinggi, seperti penggantian kontainer di Surabaya dengan biaya sekitar Rp30 juta per kontainer. PT Coconut Internasional Indonesia menghitung melakukan minimal lima kontainer per bulan, atau sekitar 65 kontainer per tahun. Hal ini tidak hanya merugikan perusahaan, tapi juga Pemerintah Kota Makassar karena pajak dari kontainer tidak akan masuk ke pemkot.