Pada Kamis, 26 Oktober 2023, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) sedang bertanggung jawab dalam pengelolaan Wilayah Kerja (WK) Rokan, yang merupakan salah satu lapangan minyak dan gas bumi (migas) terbesar dan tertua di Indonesia.
Vice President IT PHR, Triatmojo Rosewanto mengungkapkan bahwa tanggung jawab pengelolaan tersebut berlangsung dari tanggal 9 Agustus 2021 hingga 8 Agustus 2041. Hal ini membawa banyak tantangan bagi PHR untuk menjaga produksi minyaknya tetap optimal. Menurut Tri, lapangan migas Rokan merupakan yang terbesar di Indonesia, dengan 25% produksi nasional dan 30% produksi Pertamina berasal dari Rokan.
Dengan demikian, penting bagi PHR untuk memastikan kelangsungan energi dari Rokan, dan ini menjadi salah satu tantangan utama. Selain itu, Blok Rokan memiliki 12.000 sumur minyak aktif yang tersebar di 100 lapangan aktif. Wilayah operasi Blok Rokan mencakup 6.200 kilometer persegi di Riau, melibatkan 7 kabupaten/kota di Riau, dan memiliki 10.500 km jaringan pipa.
Tantangan tersebut menjadikan bisnis ini memiliki risiko tinggi. Terdapat sekitar 40 ribu pekerja di Blok Rokan, sehingga tuntutan operasionalnya harus aman, handal, dan efisien. Untuk menjaga bisnis di Blok Rokan berkelanjutan, Tim IT PHR berperan dalam penerapan teknologi digital. Sejak peralihan Blok Rokan dari Chevron ke PHR, penerapan teknologi digital terus ditingkatkan.
Penerapan teknologi digital dilakukan dalam berbagai aspek operasional, seperti pengeboran minyak, penggunaan rig, pompa sumur, dan proses pemisahan minyak, gas, dan air. Semua proses ini melibatkan banyak fungsi dari drilling, operation maintenance, hingga corsec. Oleh karena itu, digitalisasi harus diterapkan dan divisi IT bekerja sama dengan setiap fungsi untuk mengoptimalkan bisnis dengan teknologi yang ada.
Dengan adanya sejumlah tantangan tersebut, Tim IT PHR memiliki tugas untuk menjaga bisnis di Blok Rokan agar tetap berkelanjutan.