Kemandirian Antariksa dan Tantangan dalam Pengembangan Teknologi

by -16 Views

Sejak masa Perang Dunia hingga Perang Dingin, Amerika Serikat dan Uni Soviet semakin memperebutkan antara jaya sebagai kekuatan global, bukan melalui peperangan militer langsung, tetapi melalui persaingan teknologi. Kompetisi ini meliputi pengembangan senjata tercanggih, pesawat modern, hingga senjata nuklir.

Namun, arena pertarungan yang paling menarik adalah dominasi luar angkasa. Dimulai dari kesuksesan Uni Soviet dalam mengirimkan manusia pertama ke angkasa luar, hingga Amerika Serikat meraih kesuksesan mendaratkan manusia di bulan.

Setelah mendarat terakhir di bulan pada tahun 1972, eksplorasi manusia ke luar angkasa seakan mandek, bukan karena ketidakmampuan, melainkan lebih karena biaya yang sangat mahal untuk mencapai luar angkasa. Sampai saat ini, manusia masih belum melampaui orbit bumi atau berhasil kembali ke bulan.

Namun, perkembangan ini tidak menghentikan pencapaian manusia. Di era ini, telah diciptakan teknologi yang lebih maju untuk mengamati luar angkasa dengan lebih rinci. Eksplorasi dilakukan melalui drone dan satelit di berbagai planet di tata surya kita, serta dengan rover drone di planet Mars.

Meskipun begitu, seluruh pencapaian ini masih didominasi oleh beberapa negara saja, padahal sebagai umat manusia, memiliki tujuan bersama. Dengan teknologi baru, banyak negara kini dapat memulai “program antariksa” mereka sendiri, memicu “perlombaan antariksa” (Space Race) baru. Pertanyaan tentang siapa yang dapat mencapai dan mengendalikan sumber daya serta kawasan antariksa menjadi isu krusial yang turut dibahas dalam acara ini.

Diskusi publik CIReS LPPSP FISIP UI bertajuk “Mewujudkan Kemandirian Antariksa Indonesia di Tengah Rivalitas Global” telah berhasil diselenggarakan pada Selasa, 27 Mei 2025, di Auditorium Juwono Sudarsono, FISIP UI Depok.

Dalam acara ini, Prof. Thomas Djamaluddin (BRIN RI) tampil sebagai Keynote Speaker bersama sejumlah narasumber terkemuka dari berbagai sektor, di antaranya Dr. Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E. (Wakil Ketua Komisi I DPR RI), Yusuf Suryanto, S.T., M.Sc. (Kementerian PPN/Bappenas), Marsekal TNI (Purn.) Chappy Hakim (Ketua PSAPI), Anggarini Surjaatmadja, M.B.A. (Asosiasi Antariksa Indonesia), Prof. Dr. Fredy B. L. Tobing (FISIP UI), dan Asra Virgianita, Ph.D. (CIReS FISIP UI). Diskusi tersebut dipandu oleh Vahd Nabyl Achmad Mulachela, S.IP., M.A. dari Kementerian Luar Negeri RI sebagai moderator.

Prof. Thomas Djamaluddin memulai presentasinya dengan memfokuskan pada tema utama acara, “Mewujudkan Kemandirian Antariksa Indonesia di Tengah Rivalitas Global.” Ia membuka diskusi dengan menanyakan tiga pertanyaan pokok yang akan menjadi landasan pembahasan selanjutnya: (1) bagaimana perkembangan keantariksaan Indonesia saat ini dari aspek aset, pelaksanaan, dan kerja sama keantariksaan; (2) apa saja hambatan utama yang dihadapi dalam pengembangan lembaga antariksa di Indonesia; dan (3) bagaimana kemajuan keantariksaan Indonesia dibandingkan dengan negara lain.

Selama paparannya, Prof. Thomas Djamaluddin juga menjelaskan beberapa tonggak penting dalam aktivitas keantariksaan di Indonesia. Mulai dari era 1960-an hingga 1970-an, Indonesia telah membentuk Aerospace Council Lapan dan melakukan kerja sama dalam teknologi antariksa. Perkembangan selanjutnya terjadi pada 1970-an hingga 1990-an dengan membangun stasiun bumi satelit pertama dan mencoba teknologi antariksa, yang kemudian diikuti dengan komunikasi satelit.

Masuk ke periode 1990-an hingga 2000-an, fokus utama adalah pada stasiun bumi untuk penerimaan data satelit, TT&C (Telemetry, Tracking, and Command), serta telekomunikasi dan data satelit. Terakhir, antara tahun 2000 hingga 2012, Indonesia mulai aktif dalam pengembangan satelit, pembuatan kebijakan antariksa, dan komitmen nasional terhadap produk antariksa.

Dalam diskusi yang berlangsung, narasumber lain juga menyampaikan bahwa program Antariksa Indonesia masih menghadapi tantangan dalam bentuk kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh minimnya pemahaman tentang pentingnya sektor keantariksaan, sehingga diperlukan upaya edukasi yang lebih kuat bagi generasi mendatang.

Dari pembahasan yang digelar, menjadi jelas bahwa kemandirian antariksa Indonesia bukanlah sesuatu yang dapat diabaikan dan memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Kita semua, baik pemerintah maupun masyarakat, perlu lebih memahami signifikansi sektor keantariksaan. Dengan begitu, diharapkan generasi mendatang akan lebih siap untuk membantu mewujudkan cita-cita Indonesia di luar angkasa, serta menjadikan bangsa ini dapat bersaing dalam era baru perlombaan antariksa global.

Sumber: Kemandirian Antariksa Dan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional: Strategi Indonesia Hadapi Era Baru Perlombaan Antariksa
Sumber: Kemandirian Antariksa, Era Baru Perang Bintang Indonesia?