Perkembangan Budaya Klakson Vespa: Tanda Zaman yang Mulai Terkikis

by -29 Views

Berpapasan di jalan dengan dua pengendara Vespa yang saling mengklakson atau melambaikan tangan mungkin tampak seperti interaksi sederhana, namun sebenarnya memiliki makna solidaritas yang dalam dalam budaya komunitas Vespa. Tradisi saling sapa, klakson, atau anggukan sebagai bentuk salam bukan sekadar kebiasaan, tetapi juga merupakan simbol persaudaraan di antara sesama pengguna Vespa. Namun, sayangnya, kebiasaan ini mulai memudar, terutama di kalangan pengguna Vespa matik generasi baru.

Nilai-nilai kebersamaan ini telah terakar kuat di kalangan pengguna Vespa klasik, namun dengan munculnya berbagai varian Vespa modern, semangat persaudaraan ini mulai luntur. Hasil wawancara dengan Om Benk, seorang pecinta Vespa klasik, menunjukkan bahwa interaksi sosial unik di antara pengguna Vespa memang semakin berkurang. Meskipun demikian, ia berharap bahwa pengguna Vespa matik juga dapat mempertahankan tradisi saling sapa dan saling klakson sebagai tanda persaudaraan.

Pengamat transportasi, Muslich Zainal Asikin, turut mengamini fenomena ini dengan menyebut bahwa solidaritas di antara pengguna Vespa memiliki akar budaya yang panjang. Sejak dekade 1960-an di Eropa, Vespa telah menjadi simbol gaya hidup, kebebasan, dan solidaritas di tengah keterbatasan ekonomi. Bahkan di Indonesia, pada era 1970-an hingga 1980-an, Vespa juga menjadi kendaraan favorit yang membentuk komunitas dengan fokus pada kegiatan otomotif dan kegiatan sosial.

Meskipun demikian, Sunartato, pendiri komunitas Lhapscoot, mengakui bahwa generasi baru pengguna Vespa belum sepenuhnya memahami dan mempraktikkan tradisi solidaritas ini. Komunitas Vespa perlu menjaga tradisi kecil seperti saling sapa dan klakson sebagai simbol kehangatan dan persaudaraan yang mulai hilang. Pemeliharaan nilai-nilai budaya ini sangat penting agar solidaritas Vespa tidak hanya menjadi kenangan masa lalu.

Source link