Menurut Kepala Riset Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro, ekonomi domestik Indonesia terbukti kuat dalam menghadapi tekanan perdagangan global. Pasar keuangan Tanah Air juga diprediksi akan pulih dengan cepat dalam bentuk kurva V, terutama dengan masuknya likuiditas global. Meskipun ETF ekuitas Indonesia turun hingga 10 persen dalam sepekan, Satria menyatakan keyakinannya bahwa investor institusional asing dan lokal kemungkinan akan muncul setelah liburan panjang Idulfitri. Dampak dari kebijakan tarif Amerika Serikat terhadap Indonesia juga diprediksi akan terbatas karena ekspor Indonesia ke AS hanya mencakup sekitar 2 persen dari PDB, lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia. Meskipun produk ekspor Indonesia dikenakan tarif impor tambahan sebesar 32 persen oleh AS, angka tersebut masih lebih rendah daripada tarif yang dikenakan kepada negara pesaing. Satria menilai bahwa Indonesia berada di zona “Goldilocks” dengan paparan perdagangan yang minimal, didukung oleh harga minyak yang lebih rendah, penurunan suku bunga global, dan faktor makroekonomi dalam negeri yang stabil.
Dampak Tarif AS ke RI: Minim atau Tidak?
