Surabaya kembali memperingati Hari Musik Nasional dengan ziarah ke makam WR Soepratman yang dilakukan oleh komunitas Jatiswara pada 9 Maret 2025. Meskipun tanpa seremoni besar dan protokol yang berlebihan, warga tetap menghormati sang pencipta lagu Indonesia Raya dengan penuh tulus. Namun, pemerintah tidak terlihat hadir dalam peringatan tersebut, baik dari Pemerintah Kota Surabaya maupun Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sejak lama, makam WR Soepratman tidak pernah dijadikan pusat peringatan resmi Hari Musik Nasional, tanpa acara kenegaraan atau penghormatan dari pejabat tinggi.
Keluarga WR Soepratman merasa bahwa kurangnya perhatian dari pemerintah bukan hanya sekadar ketidakhadiran, melainkan pengabaian terhadap warisan sejarah yang seharusnya dijaga. Dalam setiap peringatan, komunitas dan individu yang tidak memiliki kewajiban formal selalu hadir untuk berziarah dan memperingati WR Soepratman, menunjukkan penghormatan yang sebenarnya kepada sang pencipta Indonesia Raya. Ironisnya, penghormatan itu justru datang dari mereka yang tidak memiliki kepentingan politik atau ingin eksis di media sosial.
Hari Musik Nasional seharusnya menjadi momentum untuk mengenang WR Soepratman tidak hanya dalam seremoni, tetapi juga dalam kebijakan nyata. Bagaimana musik nasional dihargai, hak-hak musisi diperjuangkan, dan lagu kebangsaan diajarkan dengan kebanggaan di sekolah-sekolah. Peringatan di makam WR Soepratman setiap 9 Maret seharusnya menjadi cermin untuk mempertanyakan seberapa besar bangsa ini benar-benar menghargai sejarahnya sendiri.