Leadership Qualities Demonstrated by My Seniors (Part 3)

by -46 Views

LIEUTENAN JENDERAL TNI (PURN.) AGUM GUMELAR Saya mengenal Pak Agum sebagai seorang perwira yang sangat cerdas dengan fisik yang baik. Dia juga seorang olahragawan karismatik. Dia ramah dan sangat baik dalam mendapatkan simpati dari bawahannya, atasannya, rekan-rekan sejawatnya, dan masyarakat umum. Pak Agum telah menguasai operasional intelijen Sandi Yudha. Dia memiliki gaya kepemimpinan persuasif. Dia adalah seorang yang teguh pada prinsip-prinsipnya, dan tidak segan untuk mengkritik atasannya, meskipun itu berarti mengorbankan karirnya. Pak Agum pernah menjadi komandan saya sebelum dia menjadi komandan KOPASSUS. Saat itu, saya adalah Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus Grup 3 (Pusdikpassus). Namun, saya sudah mengenalnya sebelum saya bergabung dengan militer. Dia adalah anggota keluarga dari seorang perwira KOPASSUS Kapten Margono, yang pernah menjadi ajudan ayah saya saat menjabat sebagai Menteri Perdagangan dalam Kabinet Pak Harto pada tahun 1968. Saya percaya saya mungkin telah memiliki banyak ketidaksepahaman dengan beliau dalam hidup kami karena ada beberapa isu di mana kami tidak sejalan. Namun, secara objektif, saya menganggap Pak Agum sebagai sosok pemimpin yang patut dihormati untuk Indonesia.

MAYJEN TNI (PURN) YUNUS YOSFIAH Kesan saya tentang kepemimpinan Pak Yunus Yosfiah adalah dia selalu tenang, tidak pernah panik, tidak pernah gugup. Kepemimpinannya adalah contoh dari kontrol diri. Ketika seorang komandan panik, pingsan, atau gagal bertindak saat berhadapan dengan musuh, ia kehilangan otoritasnya selamanya. Maka dari itu, dikatakan bahwa pertukaran tembakan pertama sangat menentukan. Pak Yunus juga merupakan sosok yang teguh dalam keputusan pribadi. Dia akan melakukan segala sesuatu untuk meraih kemenangan dan tidak menerima alasan apapun. Dia sangat berusaha dan sangat berkeinginan kuat. Dia sering dianggap terlalu keras pada bawahannya. Sebelum dia menjadi seorang jenderal, dia akan memeriksa pasukannya sendiri, dan segalanya harus dalam keadaan teratur. Siapapun yang melakukan kesalahan akan diperintahkan untuk berjalan dengan ransel berat atau melakukan setidaknya 18 pull-up. Kesiapan yang keras menyelamatkan nyawa. Impresi pertama saya mengenal Pak Yunus adalah selama operasi di Timor Timur, di mana dia bertugas sebagai Komandan sebuah Tim Khusus dengan kode nama Nanggala 10. Tim Khusus ini dibentuk karena operasi pada Desember 1975-Januari 1976 tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Jadi, dibutuhkan tim dari KOPASSUS sebagai pasukan serangan dengan mobilitas tinggi dan semangat yang tinggi. Pak Yunus adalah orang yang memimpin tim ini. Itulah bagaimana saya mengenal Pak Yunus. Dia langsing, berpostur sedang, tidak terlalu tinggi. Dalam kepemimpinannya, Pak Yunus selalu memberikan contoh yang sangat baik. Filosofi ing ngarsa sung tulada (memimpin di garis depan) sangat menggambarkan dirinya. Ranselnya sepenuhnya seberat milik para bawahannya. Dengan kondisi seperti itu, kami tidak bisa membawa jaket dan barang-barang lainnya. Meskipun kami adalah anak buahnya, Pak Yunus memikul beban yang sama dan seberat yang kami pikul. Tindakan sederhana ini jauh lebih berharga daripada berjam-jam kuliah. Jika pemimpin memikul beban yang sama dengan anak buahnya, anak buah tersebut akan patuh dan setia. Jadi, pemimpin dapat menyelamatkan diri mereka dari ceramah yang panjang dengan hanya memberikan contoh yang patut diikuti. Saya selalu memberitahu semua orang bahwa saya menjadi pribadi seperti ini karena, antara lain, saya memiliki Pak Yunus Yosfiah sebagai komandan saya.

MAYJEN TNI (PURN) SOEGITO Seorang pemimpin harus berada di antara anak buahnya, dan itulah tempat di mana Pak Soegito selalu berada. Dia selalu terlibat …

Source link