Studi Tiru Pengelolaan Sampah di Magetan Dilakukan oleh Ketua TP PKK Trenggalek

by -309 Views
Studi Tiru Pengelolaan Sampah di Magetan Dilakukan oleh Ketua TP PKK Trenggalek

Rudi Yuni
04 November 2023 | 16:11 Dibaca 180 kali

Advertorial

Studi tiru Tim TP PKK Trenggalek di Kabupaten Magetan. (Foto: Rudi/Suaraindonesia.co.id)

TRENGGALEK, Suaraindonesia.co.id – Pengelolaan sampah dan ketahanan pangan menjadi fokus dalam membangun Kabupaten Trenggalek. Hal itu disampaikan Ketua TP PKK Trenggalek, Novita Hardini saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Magetan, Sabtu (04/11/2023).

Kunjungan ini dilakukan untuk melakukan studi tiru terkait pengelolaan sampah dan ketahanan pangan di Desa Taji,  Kecamatan Karas, Magetan.

“Kerjasama dengan daerah ini bertujuan untuk dapat menciptakan pengelolaan sampah dan membangun ketahanan pangan yang baik di Trenggalek,” kata Ketua TP PKK Trenggalek, Novita Hardini.

Novita juga menyampaikan bahwa kunjungan ini adalah dalam rangka studi tiru terkait best practice yang dilakukan Desa Taji tersebut. “Melihat langsung adalah cara untuk mendapatkan inspirasi. Tanpa melihat, seluruh lapisan masyarakat tidak akan mampu menghasilkan inovasi,” ucapnya.

Kunjungan kerja ini di Magetan bertujuan memberikan inspirasi bagi TP PKK Kabupaten Trenggalek, yang kemudian akan dirumuskan menjadi program kerja tahun depan.

Sementara itu, Sigid Supriyadi, Kepala Desa Taji, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan menarik perhatian pengurus Tim Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek yang melakukan studi tiru ke tempatnya.

Sebagai anggota PERBAKIN, Kepala desa tersebut berhasil mengelola sampah di daerahnya dengan baik melalui pembakaran sampah menggunakan tungku yang dibuat dengan otak-atik sendiri.

“Tungku pembakaran yang dibuat diyakini tidak hanya mengolah sampah, tetapi juga menyelesaikan permasalahan sampah tanpa residu polusi. Pembakaran sampah juga dilakukan tanpa menggunakan listrik atau bahan bakar,” ungkapnya.

Sigid juga menjelaskan bahwa pengelolaan sampah di Desa Taji dimulai dari permintaan Pengasuh Ponpes Temboro kepada Kades Taji untuk menyelesaikan permasalahan sampah di pondok. Permintaan ini diajukan setelah Kabupaten setempat tidak mampu memberikan solusi terbaik terkait sampah di pondok tersebut.

Sampah yang diolah tidak hanya dijadikan residu, tetapi juga dimanfaatkan oleh warga setempat. Sedangkan sisanya kemudian dibakar.

“Proses pembakaran tidak menggunakan bahan bakar atau listrik. Sampah basah atau kering tidak dipilah, kecuali logam atau kaca. Jika terbawa masuk ke dalam tungku, itu bukan masalah tetapi bisa mengganggu proses pembakaran,” tutur Sigid.

Sigid yakin bahwa menggunakan bejana atau reaktor yang menggunakan sedikit bahan kimia dalam proses pembakaran tidak menghasilkan emisi gas karbon yang mencemari lingkungan. Keberhasilan ini telah diajukan sebagai Teknologi Tepat Guna (TTG) yang dibuatnya di Kementerian Desa.

Sigid sendiri lebih memilih kata “menyelesaikan” daripada “mengolah” sampah. “Jika diolah, berarti semua sampah harus diolah. Sedangkan menyelesaikan sampah lebih kepada memanfaatkan sisa sampah yang dapat digunakan oleh warga setempat, dan sisanya diselesaikan melalui proses pembakaran,” ungkapnya.

“Panas tungku pembakaran yang digunakan mencapai suhu 1.300 derajat. Sehingga sampah apa pun, baik basah maupun kering, pasti hancur dan diselesaikan,” lanjutnya.

Menurutnya, sampah bisa meleleh ketika dibakar dengan suhu 1.000 derajat. Dan tungku pembakaran yang dia kelola bisa mencapai suhu 1.300 derajat. Karena suhunya yang sangat tinggi, tungku pembakaran ini dapat terbakar selama 2 hari tanpa memerlukan pemantik.

Sampah langsung meleleh dan terbakar. Saat ini banyak yang tertarik dengan karya Kades Taji ini. Meskipun masih ada residu setelah pembakaran, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan dapat digunakan sebagai campuran semen yang semakin kuat.

“Kedepannya, dengan inovasi ini, kami berharap dapat menciptakan listrik gratis bagi warga kami dengan memanfaatkan panas dari pembakaran sampah,” harapnya.

“Alatnya sudah selesai dan dalam waktu dekat akan di-launching. Sedangkan untuk ketahanan pangan, Kepala desa ini sedang mengembangkan tanaman Alpukat Siger dari Lampung. Tumbuhan ini dipilih karena produktivitasnya yang sangat tinggi,” pungkasnya. (Adv)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Rudi Yuni
Editor : Satria Galih Saputra