Dampak Perang Israel dan Hamas Mulai Terefleksi pada Harga Minyak Menurut Sri Mulyani

by -114 Views

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa perang antara Israel dan Hamas telah mulai berdampak pada harga minyak. Harga minyak yang sebelumnya turun, kembali melonjak menjadi lebih dari US$90 per barel.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa pada tahun 2022, akibat perang antara Rusia dan Ukraina, harga minyak naik menjadi US$128 per barel dari sebelumnya hanya US$60-US$70 per barel. Ia juga menambahkan bahwa ketegangan yang terjadi di Timur Tengah, yang merupakan produsen minyak dan gas terbesar di dunia, telah mulai tercermin pada harga minyak saat ini.

Menurut Sri Mulyani, sebelumnya harga minyak dunia mencapai angka US$80 per barel, namun karena psikologi perang, harga minyak kembali naik menjadi US$90 per barel. Ia menekankan bahwa kenaikan harga minyak ini bukan hanya karena faktor penawaran dan permintaan, tetapi juga faktor psikologi yang disebabkan oleh adanya perang.

Seorang pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmi Radhi, memproyeksikan bahwa harga minyak dunia kemungkinan akan mencapai US$100 per barel pada pertengahan November-Desember 2023. Hal ini juga akan berdampak pada harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.

Fahmi menjelaskan bahwa perang antara Israel dan Hamas tidak akan membawa dampak signifikan pada harga minyak dunia. Namun, jika perang ini meluas ke negara-negara Arab lainnya, diperkirakan harga minyak akan melonjak. Selain itu, faktor lain yang mendukung kenaikan harga minyak adalah musim dingin yang biasanya terjadi pada bulan November.

Dalam hal ini, Sri Mulyani dan Fahmi sepakat bahwa perang antara Israel dan Hamas sudah mulai berdampak pada harga minyak dunia, dan ada kemungkinan harga minyak akan terus naik hingga mencapai US$100 per barel.