RLI Ajak Klub Motor Bersama-sama Membuka Jendela Literasi Menuju Pelosok Bumi Blambangan

by -100 Views

Pendidikan Aktivitas relawan Rumah Literasi Indonesia (RLI) mengajak anak-anak di pelosok Banyuwangi untuk mencintai dunia literasi. Sejak tahun 2014, Tunggul Harwanto berjuang membumikan literasi. Mendirikan puluhan rumah baca serta menyalurkan puluhan ribu buku, Tunggul menggandeng komunitas motor untuk menjangkau berbagai pelosok Banyuwangi. Sebuah program yang didukung oleh Astra.

Gedung Rumah Literasi Indonesia (RLI) yang terletak di Dusun Gunung Remuk, Desa Kalipuro, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Banyuwangi ini tampak gagah. Memanjang dengan ruangan yang difungsikan sebagai sumber belajar eksploratif. Tulisan besar ‘Pantang Tanya Sebelum Baca’ terpampang di samping pintu gedung. Makna yang tersirat adalah menggugah semangat membaca. Begitu memasuki rumah literasi, aura inspirasi langsung memancar. Suasana terasa tenang. Buku-buku anak-anak tersusun rapi di sejumlah rak, merangsang imajinasi. Ada juga klinik literasi yang siap membantu anak-anak mengembangkan kemampuan membaca dan menulis. Di salah satu sudut, terdapat studio musik yang menawarkan peluang kreatif bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri melalui musik. Gedung ini menjadi tonggak perjalanan Tunggul Harwanto yang giat dalam perjuangan literasi sejak tahun 2014.

“Berdirinya RLI ini berangkat dari keprihatinan melihat angka pernikahan dini dan angka perceraian tinggi, anak muda cenderung ke pergaulan negatif seperti narkoba dan miras. Saya ingin menggugah minat literasi sejak usia dini,” ujar Tunggal Harwanto. Selain itu, Tunggal prihatin, banyak anak-anak di pelosok yang belum mendapatkan akses pemerataan pendidikan terutama buku. Keprihatinan itu belakangan memunculkan gerakan 1000 Taman Baca dan Bookbuster.

Tunggul Harwanto tak memiliki latar belakang pendidikan yang berkaitan dengan literasi atau pendidikan. Setelah lulus dari SMA 1 Melaya, Jembrana, Bali, dia melanjutkan ke Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Banyuwangi dan mengambil S1 Jurusan Keperawatan. Setelah itu, Tunggul melanjutkan pendidikan S2 Jurusan Kedokteran Keluarga di sebuah perguruan tinggi di Solo. Tunggul sempat menjadi dosen di Jurusan Keperawatan (Ilmu Kesehatan Masyarakat) Universitas Bakti Indonesia di Banyuwangi, tetapi kemudian memilih mengembangkan dunia literasi di rumah.

Awal mula ketertarikan Tunggul ke dunia literasi tidak terduga. Ketika ikut dalam kelas inspirasi, dia menjadi relawan pengajar di pelosok Banyuwangi bagian selatan. Pada saat itu, Tunggul juga dipertemukan dengan Nurul Hikmah yang kemudian menjadi istrinya. Nurul juga memiliki kecintaan besar pada dunia literasi. Bersama-sama, mereka mengembangkan Rumah Literasi Indonesia.

Anak-anak di daerah pelosok cenderung minim suplai pengetahuan. Mereka kurang tersentuh literasi dan masih terikat pada adat yang kolot. Tidak sedikit yang memutuskan menikah di usia dini, yang pada akhirnya berdampak pada kasus perceraian yang cukup tinggi. Masalah lain yang dialami anak