Di tengah ketidakpastian global dan tekanan multipolar, tantangan global yang ditandai oleh pergeseran kekuatan ekonomi, politik, dan teknologi tidak harus dilihat sebagai ancaman, melainkan peluang untuk mendorong reformasi kebijakan yang inklusif dan visioner. Wijayanto Samirin, Head of Senior Advisor Paramadina Public Policy Institute (PPPI) menekankan hal ini dalam diskusi publik bertajuk “Navigating Economic Development in South East Asia and Indonesia: in the Era of Global Disruption” di Jakarta.
Indonesia memiliki modal diplomatik dan pengalaman reformasi untuk memperkuat posisinya dalam perundingan global, menurut Samirin. Dia juga menyoroti pentingnya belajar dari perkembangan Vietnam yang mencatat pertumbuhan digital dan integrasi sosial-politik yang menarik untuk dicermati. Peran media sosial dalam pembentukan opini publik juga membentuk kebijakan ekonomi dan sosial.
Ahmad Khoirul Umam, PhD, Managing Director PPPI, memberikan refleksi kritis terhadap kondisi domestik Indonesia yang dianggap sibuk mengejar pertumbuhan tanpa menyentuh lompatan struktural. Menurut Umam, langkah maju bukan hanya soal gerak, tetapi juga tentang arah dan keberanian membuat terobosan. Itu juga ditekankan bahwa setiap negara harus menemukan jalannya sendiri dalam transformasi ekonomi, seperti yang disoroti oleh Dani Rodrik. Umam menyoroti kesuksesan developmental state di Asia Timur yang mampu menyeimbangkan industrialisasi ekspor dengan reformasi birokrasi.