Prestasi Luar Biasa MBG: Anak Sekolah Tanpa Sarapan

by -19 Views

Suasana hangat dan penuh haru menyelimuti lobi Hotel Grand Hyatt Kuala Lumpur ketika Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, tiba untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-49 ASEAN. Kedatangan Presiden disambut dengan antusiasme oleh sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal dan bekerja di Malaysia. Kamaludin, seorang perantau asal Gayo Lues, Aceh, merasa terharu bisa bertemu langsung dengan Presiden setelah sekian lama hanya melihat beliau dari kejauhan.

Dengan mata berbinar, Kamaludin mengungkapkan kebahagiannya, “Saya datang khusus untuk bertemu dengan Pak Presiden. Ini adalah momen yang sangat istimewa bagi saya. Selama ini saya hanya melihat beliau melalui media, tapi hari ini, saya bisa berjabat tangan langsung. Rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.” Menyoroti sikap ramah dan keterbukaan Presiden terhadap para diaspora Indonesia, Kamaludin menambahkan, “Pak Prabowo sangat ramah. Beliau menerima kami sebagai diaspora dengan hangat, dan itu membuat saya merasa dihargai. Momen ini sungguh berkesan dan sulit dilupakan.”

Sebagai warga dari kampung, Kamaludin turut mengapresiasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh Presiden. Baginya, program tersebut bukan hanya inisiatif semata, melainkan bukti nyata bahwa negara peduli terhadap rakyat kecil. Menyuarakan pengalamannya, “Karena saya dari kampung, saya tahu rasanya berangkat sekolah tanpa makan. Banyak anak-anak yang mengalami hal serupa. Namun, Pak Prabowo bisa melihat dan merasakan penderitaan mereka. Itu yang mengharukan.” Kamaludin juga menyampaikan usul untuk mendirikan pusat pengaduan atau call center di setiap provinsi agar suara rakyat terkait pelaksanaan program-program nasional dapat didengar.

Terakhir, Kamaludin spontan menyamakan Prabowo dengan sosok Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Dengan keyakinan baru, Kamaludin menegaskan, “Dulu saya ragu dengan Pak Prabowo. Namun, setelah melihat kepemimpinannya dan program-programnya secara langsung, pandangan saya berubah. Orang-orang korup bisa dihukum dalam hitungan bulan. Jika boleh saya katakan, mungkin Pak Prabowo adalah Soekarno kedua.”

Source link