Akibat efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah, tingkat hunian hotel di Sulawesi Selatan mengalami penurunan yang berdampak pada pendapatan hotel. Persatuan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Sulsel menyatakan bahwa okupansi hotel di daerah tersebut mengalami penurunan secara signifikan. Sebagai contoh, Claro Hotel, hotel ternama di Makassar, saat ini terlihat sepi akibat hilangnya pasar pemerintah yang sebelumnya menyumbang 40-50 persen dari pendapatan hotel tersebut.
Ketua PHRI Sulsel, Anggiat Sinaga mengungkapkan bahwa dengan hilangnya sebagian besar pasar, sulit bagi hotel-hotel di daerah tersebut untuk mencari penggantinya. Dampaknya, banyak hotel di Sulsel terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja atau dirumahkan hampir seluruh karyawan. Proses dirumahkan ini diharapkan dapat membantu hotel untuk bertahan hingga kondisi stabil kembali dan memungkinkan hotel untuk memanggil kembali karyawan yang telah dirumahkan ketika ada peningkatan aktivitas.