Tawuran di Jakarta dapat dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kemiskinan. Sekda Provinsi DKI Jakarta, Marullah Matali, mengusulkan untuk mempekerjakan koordinator atau pemimpin pemuda yang menganggur sebagai solusi untuk mengatasi masalah tawuran yang terus berulang. Menurut Marullah, pemuda tidak tawuran karena hobi berkelahi, melainkan karena memiliki banyak waktu luang dan keisengan. Oleh karena itu, memberikan mereka pekerjaan dapat efektif mengalihkan perhatian dan energi mereka.
Marullah juga menambahkan bahwa tawuran tidak hanya terjadi di kawasan padat penduduk, sehingga perlu dilakukan tindakan preventif di berbagai wilayah. Pemprov DKI Jakarta telah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Forkopimda, FKUB, dan tokoh agama, untuk memberikan imbauan kepada masyarakat, khususnya selama bulan Ramadhan. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya tawuran serta menghindari hal-hal negatif lainnya.
Pemberitaan terakhir menunjukkan adanya tawuran di Penjaringan, Jakarta Utara, yang mengakibatkan satu korban meninggal dunia dan tiga orang luka-luka. Polres Metro Jakarta Utara mengungkap bahwa dua geng pemuda telah merencanakan aksi tawuran melalui media sosial. Upaya pencegahan harus terus dilakukan agar tawuran di Jakarta dapat diminimalisir dan masyarakat dapat merasa aman.