The Leadership of Indonesian National Leader [Raden Panji Muhammad Noer]

by -45 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer Chapter I]

Satu hal yang saya pelajari tentang kepemimpinan dari Cak Noer dapat dirumuskan dalam sebuah kalimat singkat yang dia sampaikan langsung kepada saya: ‘Prabowo, tugas seorang pemimpin sangat sederhana. Seorang pemimpin harus bekerja agar orang miskin dan yang sengsara dapat tertawa’.

Logikanya sederhana: jika orang miskin dalam keadaan kekurangan, tetapi mereka dapat tertawa, itu berarti bahwa mereka percaya bahwa ada harapan. Mereka berharap bahwa seorang pemimpin dapat mengatasi kesulitan tersebut. Itulah tugas seorang pemimpin, menurut Cak Noer. Saya anggap itu sebagai hal bijaksana dan fundamental yang tidak akan pernah saya lupakan.

Tugas seorang pemimpin adalah bekerja agar orang miskin, yang sengsara, dan yang lemah dapat bahagia. Ketika seseorang tertawa, itu berarti dia bahagia. ‘Seorang pemimpin harus bekerja agar orang miskin dan yang sengsara dapat tertawa’. Hikmah Cak Noer kini menjadi filsafat kepemimpinan saya.

Pak Mohammad Noer lebih dikenal sebagai Cak Noer. Saya hanya mengenalnya setelah pensiun. Saya bertemu dengannya sebentar ketika beliau menjadi duta besar untuk Perancis. Kemudian saya memiliki kesempatan untuk berbicara lebih mendalam dengan beliau setelah beliau pensiun dan kembali ke Surabaya.

Sebagai Gubernur Jawa Timur, beliau dikenal dekat dengan rakyatnya. Saya merasa perlu mendiskusikan dengan beliau ketika saya menjabat sebagai Ketua Asosiasi Petani Indonesia (HKTI). Barangkali beliau tahu bahwa saya juga sangat peduli dengan kondisi pertanian dan nasib petani di Indonesia. Beliau menerima tawaran saya untuk memberikan pengarahan dalam seminar yang diselenggarakan oleh HKTI di Surabaya. Kemudian, saya memiliki beberapa percakapan dengan beliau.

Banyak pandangannya mengenai pengembangan ekonomi pedesaan, serta mengenai ekonomi kerakyatan, sejalan dengan pandangan saya. Kami percaya bahwa Indonesia dapat mandiri dan harus mandiri. Kami berdua ingin memberikan penghasilan yang lebih baik kepada petani, yang sangat vital bagi ketahanan pangan dan kemandirian bangsa.

Dari banyak ceritanya, ada beberapa poin menarik yang perlu dicatat. Pertama, beliau mengatakan kepada saya bahwa beliau sering membawa semua staf utamanya untuk melakukan perjalanan dari desa ke desa. Beliau mengatakan bahwa sering kali dia mengadakan pertemuan di balai desa, balai kecamatan, dan balai kabupaten. Sebulan sekali, beliau akan bekerja di luar ibu kota selama dua hingga tiga minggu dan bekerja di kantor desa dan kecamatan. Itulah cara beliau bisa mengamati dan mendengarkan masalah yang dihadapi masyarakat.

Salah satu pelajaran kepemimpinan yang diajarkan oleh beliau kepada saya adalah sebuah kalimat sederhana. Beliau mengatakan kepada saya: ‘Tugas seorang pemimpin yang baik sangat sederhana. Seorang pemimpin harus menciptakan kondisi agar rakyatnya dapat tersenyum.’ Dalam bahasa Jawa: ‘yen wong cilik iso gemuyu’. Seorang pemimpin harus bekerja agar orang kecil (orang miskin) bisa tersenyum.

Ini memiliki makna besar bagiku. Jika orang miskin bisa tersenyum, mereka sedang dalam perjalanan untuk mengatasi kemiskinan mereka. Itu berarti mereka memiliki cukup makan, dan anak-anak mereka dapat pergi sekolah dan mendapatkan layanan kesehatan tanpa biaya. Jadi meskipun kalimatnya singkat, maknanya memiliki dampak yang sangat besar dan dalam bagi saya. Itu menjadi motto saya dalam semua kampanye politik saya. Saya akan bekerja agar rakyat Indonesia bisa tersenyum. Khususnya orang miskin.

Source link