Purnawirawan Mayor Jenderal TNI Suhartono Suratman

by -57 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I

Selain sebagai atlet anggar, Pak Tono juga adalah penembak yang handal. Dia juga sangat mahir berenang. Biasanya, seseorang yang mahir dalam terjun bebas tidak bisa menyelam, atau seorang penyelam tidak mahir dalam terjun bebas. Namun, Pak Tono sangat berbakat dalam kedua hal tersebut. Dia adalah anggota Pasukan Katak (Frogmen Force). Dia juga sangat mahir dalam karate. Saya sering mengatakan bahwa dia adalah Perwira TNI yang memberikan contoh yang baik dan seharusnya menjadi panutan bagi prajurit-prajuritnya dan generasi mendatang.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya mencari orang yang cocok untuk menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara. Saya bertanya, ‘Pak Tono Suratman, apakah Anda bersedia menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara?’

‘Saya bersedia’. Bayangkan patriotisme dari lelaki ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Panglima Angkatan Darat. Dia pernah menjadi Panglima Kodam di Kalimantan. Dia sekarang sudah pensiun, namun bersedia menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara.

Tono Suratman adalah adik kelas saya selama satu tahun. Kami telah bersama-sama untuk waktu yang cukup lama. Meskipun ada perbedaan usia di antara kami, kami sangat dekat. Bagi saya, dia seperti adik sendiri. Ketika kami masih lajang, seringkali dia menginap di rumah orang tua saya di Kebayoran Baru, di Jalan Kertanegara nomor 4.

Ketika saya menjadi Komandan Kompi (DANKI), dia adalah Komandan Peleton (DANTON) 1. Kami berdua ditempatkan di Timor Timur. Dia bergabung dengan Nanggala 28. Sandi saya adalah Kancil; sementara dia adalah Kancil Satu. Di sana, saya menyaksikan bagaimana dia berhasil sebagai seorang perwira lapangan.

Sejak menjadi taruna, Pak Tono sangat aktif dalam olahraga. Dia pernah menjadi anggota tim anggar nasional. Dia juga merupakan anggota tim renang AKMIL; dan seorang penembak yang handal juga.

Dia menonjol sebagai seorang perwira muda di KOPASSUS. Ketika saya menjadi Wakil Komandan Detasemen 81, saya menyarankan kepada Pak Luhut sebagai atasanku untuk menunjuk Pak Tono sebagai Komandan Pasukan Katak unit anti teror. Sejak itu, saya sering pergi ke medan perang bersama Pak Tono.

Selama kariernya, dia akhirnya menjadi Komandan grup Pasukan KOPASSUS Para-Komando 1. Dia juga menggantikan posisi saya sebagai Komandan Pusat Pendidikan dan Pelatihan KOPASSUS (PUSDIKPASSUS). Dia juga memimpin pasukan Rajawali, yang terdiri dari kompi-kompi terbaik dari semua KODAM. Kompi-kompi ini dilatih khusus dalam taktik anti gerilya, yang kami sebut pasukan pemburu. Setelah pelatihan, pasukan Rajawali ditugaskan ke Timor Timur. Pasukan ini sangat efektif dalam pertempuran. Mereka merupakan cikal bakal Batalyon Raider yang dibentuk oleh Jenderal Ryamizard Ryacudu sebagai Panglima Angkatan Darat.

 

Selain sebagai atlet anggar, Pak Tono juga adalah penembak yang handal. Dia sangat mahir dalam menembak pistol, senapan serbu dan lainnya. Dia juga seorang perenang yang sangat baik, tidak heran, mengingat dia pernah memimpin Komando Katak Detasemen 81. Dia berlatih dengan Komando Katak elite TNI AL (KOPASKA). Selain itu, dia juga adalah seorang penyelam tempur yang luar biasa dan terjun bebas.

Biasanya, seseorang yang sangat mahir dalam terjun bebas tidak bisa menyelam, begitu juga sebaliknya. Namun, Pak Tono sangat berbakat dalam kedua hal tersebut. Dia juga sangat mahir dalam karate. Dia adalah orang yang berpengetahuan luas. Saya sering mengatakan bahwa dia adalah panutan yang baik dan diidolakan oleh perwira dan generasi muda.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya bertekad untuk memperbaiki Sekolah Tinggi Taruna Nusantara, yang didirikan di bawah naungan Kementerian Pertahanan. Sekolah Tinggi Taruna Nusantara didirikan oleh Pak Benny Moerdani. Ketika saya masih seorang perwira muda saat itu, saya terlibat dalam merancang konsep awal sekolah tersebut dan mempresentasikannya kepada Pak Benny Moerdani.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya mencari orang yang cocok untuk menjadi kepala sekolah, jadi saya meminta kepada Pak Tono. ‘Pak Tono, apakah Anda bersedia menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara?’

Siap. Saya bersedia!’, jawab PakTono tanpa ragu.

Bayangkan patriotisme dari lelaki ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Panglima Angkatan Darat. Dia pernah menjadi Panglima Komando Teritorial di Kalimantan. Dia telah pensiun, namun bersedia menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara. Dia menganggap sekolah tersebut sebagai tempat untuk mendidik dan melatih siswa-siswa yang luar biasa yang nantinya akan menjadi pemimpin-pemimpin superior, yang sangat penting bagi masa depan negara dan bangsa. Pak Tono adalah adik kelas saya yang kepemimpinannya harus diajarkan dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Menurut pendapat saya, dia seharusnya menjadi komandan Pasukan Khusus Indonesia karena dia adalah seorang perwira komando yang lebih baik dari saya, dan mungkin bahkan menjadi Panglima KOSTRAD.

Source link