Nelayan Tradisional di Banten Menolak Melaut Akibat Ancaman Gelombang 4 Meter

by -155 Views
Nelayan Tradisional di Banten Menolak Melaut Akibat Ancaman Gelombang 4 Meter

FAJAR.CO.ID, RANGKASBITUNG — Para nelayan yang biasanya melaut di perairan selatan Banten dan Samudera Hindia beberapa hari terakhir memilih untuk tidak melaut. Cuaca ekstrem seperti angin kencang dan gelombang tinggi dianggap sebagai ancaman.

Kondisi tersebut diakui oleh sejumlah nelayan di TPI Tanjung Panto, Kabupaten Lebak. Mereka mengatakan bahwa dalam dua pekan terakhir ini mereka tidak melaut karena gelombang tinggi mencapai 4 meter, angin kencang, dan hujan lebat.

“Kami bersama nelayan di sini memutuskan untuk tidak melaut karena cuaca buruk,” ujar Ujang (45), seorang nelayan di TPI Tanjung Panto, Kabupaten Lebak.

Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, juga meminta para nelayan tradisional untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap tinggi gelombang yang mencapai empat meter di perairan selatan Banten dan Samudera Hindia. Hal tersebut penting dilakukan untuk menghindari kecelakaan di laut.

“Kami telah memberikan peringatan tentang tinggi gelombang 4 meter kepada nelayan tradisional untuk mewaspadainya,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Lebak, Rizal Ardiansyah di Rangkasbitung, Lebak, seperti dilansir oleh jpnn pada hari Minggu (21/7).

Penyampaian peringatan mengenai tinggi gelombang di perairan selatan Banten dan Samudera Hindia dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan laut. Gelombang tinggi empat meter dapat mengancam keselamatan para nelayan tradisional.

Sebagian besar nelayan tradisional di pesisir selatan Banten dan Samudera Hindia menggunakan perahu motor tempel dengan panjang 2,5 meter dan lebar 1,2 meter. Perahu nelayan tradisional tersebut tidak mampu bertahan ketika dihadapi dengan gelombang tinggi 4 meter dan angin dengan kecepatan 25 knot yang bergerak dari arah timur ke tenggara.