Pemerintah Indonesia menarik utang baru sebesar Rp132,2 triliun hingga Mei 2024, turun 12,2 persen (year-on-year/yoy) di tengah perlambatan penerimaan negara.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, pemerintah berhasil menurunkan realisasi penarikan utang karena memanfaatkan Saldo Anggaran Lebih (SAL) dari tahun sebelumnya.
“Pembiayaan utang pada bulan Mei turun 12,2 persen pada saat penerimaan negara mengalami penurunan dan belanja negara meningkat karena kami juga menggunakan SAL tahun sebelumnya,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa yang diselenggarakan secara daring di Jakarta, Kamis.
Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto juga turun 2 persen dengan realisasi nilai Rp141,6 triliun hingga 31 Mei 2024. Sementara pembiayaan non utang mengalami kenaikan sebesar 49,2 persen menjadi Rp47,6 triliun.
Total realisasi pembiayaan anggaran hingga akhir Mei 2024 mencapai Rp84,6 triliun, turun tajam sebesar 28,7 persen yoy.
Menkeu mengatakan bahwa pengelolaan fiskal yang hati-hati sejak pandemi COVID-19 pada 2020 telah berhasil menekan pembiayaan anggaran dan akan terus dilakukan secara konsisten pada masa pemulihan.
“Kami terus melakukan pengawasan dan antisipasi terhadap normalisasi seperti ini, dan hal ini terjadi, sehingga ini adalah hasil dari kehati-hatian kita dalam menjaga APBN selama beberapa tahun terakhir yang saat ini mulai terasa manfaatnya,” ujarnya.
Bendahara Negara memastikan bahwa pengelolaan pembiayaan anggaran akan terus dilakukan dengan hati-hati dan antisipatif untuk melindungi APBN, terutama dalam situasi tekanan penerimaan negara, kenaikan belanja negara, dan guncangan ekonomi global.