Satyagraha: The Principle that Guides Our Actions

by -72 Views

Oleh Prabowo Subianto, diambil dari “Strategi Transformasi Nasional: Menuju Indonesia Emas 2045,” halaman 230-234, edisi softcover keempat.

Saya mencari dukungan Anda – dukungan yang nyata, konkret.

Investor besar, yang ingin menjajah tanah air kita, mengklaim bahwa Indonesia mudah untuk dimanipulasi; warganya dan pemimpinnya dapat dibeli.

Kita berada dalam situasi yang menuntut kewaspadaan kita. Kita tidak boleh lengah. Kita perlu waspada, mengingatkan satu sama lain, dan memberi dukungan satu sama lain. Sebagai bangsa yang signifikan, adalah kewajiban kita untuk melindungi satu sama lain.

Mari kita bersatu. Persatuan itu penting.

Mari kita buktikan bahwa rakyat Indonesia masih punya impian mulia, bahwa kita memiliki rasa martabat, dan bahwa kita tidak dijual belikan. Orang Indonesia menolak untuk diperbudak. Kami bercita-cita menjadi bangsa yang berhormat.

Kepada semua yang membaca buku ini:

Nyatakan apa yang benar sebagai benar, dan apa yang salah sebagai salah. Apakah wajar bahwa kekayaan kita terus mengalir ke luar dan kita diharapkan patuh? Apakah takdir kita hanya melayani orang lain, hanya sekadar menjadi pasar, atau menerima upah yang sedikit?

Jika Anda menganggap situasi ini dapat diterima, maka sikap apa yang akan kita ambil?

Namun, jika Anda menganggapnya tidak adil, dan percaya bahwa kita bisa mengubah dan melindungi kekayaan kita, maka satu-satunya jalan adalah berdiri dan memimpin rakyat.

Pimpin dengan pengetahuan, dengan hati, dengan rekomendasi, dengan pendidikan, dan dengan komitmen kepada bangsa kita.

Mari kita tanamkan perjuangan kita dalam “satyagraha,” seperti yang diwujudkan oleh Mahatma Gandhi di India, Martin Luther King di Amerika, dan Nelson Mandela di Afrika Selatan.

Satyagraha menandakan perjuangan tanpa kekerasan, yang didasarkan pada kebenaran – perjuangan yang memeluk dan menyatukan semua.

Percayalah bahwa kebenaran akan menang; itu tidak bisa dikalahkan. Yang penting adalah keberanian, ketahanan kita, dan kesiapan untuk berkorban.

Para pendiri bangsa kita – Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, Pak Dirman, Gubernur Suryo, I Gusti Ngurah Rai, dan semua pahlawan – mengajarkan kepada kita bahwa jika kita tidak menyerah, jika kita berani dan teguh, kebenaran akan akhirnya menang. Kita harus siap menghadapi kesulitan dan penderitaan.

Apa pilihan kita? Menyerah dan patuh pada setiap perintah, atau berdiri sebagai bangsa yang berhormat, memahami dan mempertahankan hak kita dan hak rakyat kita?

Kita harus percaya pada kekuatan substansial kita. Sistem pertahanan kita, HANKAMRATA, atau pertahanan total rakyat, telah terbukti efektif melawan penjajah.

Kekuatan rakyat ini perlu diorganisir dengan baik dan terus-menerus dirawat. Ya, dari orang ke orang, bangun kekuatan ini. Mulailah dengan lima orang, lalu sepuluh, dan seterusnya. Lakukan diskusi. Bahaslah isi buku ini di rumah-rumah. Rencanakan, dan seiring waktu, saya akan mengumumkan langkah-langkah kita.

Jelas, kita dihadapkan pada dua pilihan. Berdiri dengan martabat sebagai bangsa pejuang, atau tetap terjajah selamanya, bangsa pelayan, lemah, dapat dibeli, dapat disuap. Pilihannya ada di setiap dari kita.

Saya percaya kita dapat, kita harus melakukan transformasi yang signifikan bagi bangsa kita.

Mari kita buktikan bahwa di antara orang Indonesia, masih ada yang memiliki impian. Mereka yang mencintai negara mereka dan menginginkan Indonesia berdiri dengan martabat, dipimpin oleh pemimpin yang terhormat, berdiri di atas kaki kita sendiri. Martabat, kuat, adil, dan makmur. Itulah aspirasi kolektif kita.

Bangunlah dan kumpulkan dukungan dari orang-orang di sekitar Anda. Temui dan berikan pencerahan kepada keluarga Anda, teman-teman Anda, tetangga Anda. Buat mereka sadar dan meyakinkan mereka. Jelaskan prinsip-prinsip dan fakta yang terkandung dalam buku ini. Dorong mereka, inspirasi mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam demokrasi kita.

Beritahu rakyat bahwa negara kita tidak miskin. Katakan pada mereka bahwa ada solusi untuk masalah-masalah bangsa kita. Biarkan mereka tahu bahwa buku ini berisi keyakinan dan pemahaman tentang bagaimana mengelola ekonomi.

Dalam perjuangan Anda, jangan pernah mencemooh atau merendahkan orang lain. Sebaliknya, percayalah pada diri kita sendiri dan selalu pandu rakyat. Katakan pada mereka bahwa yang benar adalah benar, dan pada akhirnya, kebenaran akan menang.

Ingatlah, sebanyak pengetahuan yang kita miliki, sekuat kita menjadi. Semakin kita merendahkan hati, semakin kita menurunkan hati kita – bukan dalam keraguan diri tapi dalam kerendahan hati. Semakin kita difitnah, semakin sopan kita menjadi. Semakin kita dilecehkan, semakin tegak kita berdiri.

Tidak perlu membalas kebencian dengan kebencian. Tidak ada waktu untuk kebencian. Biarkan yang jahat dihakimi oleh kekuatan yang lebih besar dari kita semua, kekuatan di atas.

Marilah kita percaya pada kekuatan di bawah, kekuatan rakyat Indonesia, yang selalu mendukung apa yang benar.

Saudara-saudara, rakyat kita tidak bodoh. Mereka berpikir dengan hati mereka. Mereka akan selalu mendukung kita, asalkan kita terus-menerus memperbaiki diri kita sendiri, menguatkan akar kita di tengah masyarakat, selalu menjadi sumber kebenaran, selalu membela kebenaran, selalu memberi solusi kepada masalah rakyat, dan tidak pernah menjadi sumber kehancuran.

Kita tidak boleh diam ketika kita menyaksikan kebohongan dan ketidakadilan. Dan ketika kita melihat penindasan terhadap orang-orang kurang beruntung, kita tidak boleh diam. Kita tidak boleh takut untuk membela yang lemah dan tertinggal.

Atau kita berjuang semata-mata untuk mendapatkan posisi kekuasaan. Posisi otoritas harus diperoleh dengan hormat, secara sah, konstitusional, demokratis, oleh mereka yang hatinya benar-benar bersama bangsa.

Source link