Setelah Lebih dari 75 Tahun Merdeka, Kesejahteraan Masih Belum Tercapai

by -86 Views

Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah, tapi sebagian besar rakyat masih hidup dalam kemiskinan. Hal ini disebut sebagai paradoks Indonesia. Apabila kita ingin menilai pencapaian ekonomi kita selama 30 tahun terakhir, kita perlu membandingkannya dengan negara lain. Misalnya, kita dapat membandingkannya dengan Tiongkok dan Singapura. Perbedaan besar aktivitas ekonomi atau pendapatan domestik bruto (PDB) Tiongkok, pada periode 30 tahun sejak 1985 sampai 2019, adalah 46 kali lipat. Pada tahun 1985, PDB Tiongkok adalah USD 309 miliar – angka ini naik ke USD 14,3 triliun di tahun 2019.

Di sisi lain, besar aktivitas ekonomi Indonesia hanya tumbuh 13 kali lipat dalam periode yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi Tiongkok tumbuh sangat pesat karena menerapkan prinsip-prinsip state capitalism, atau kapitalisme negara. Artinya, seluruh cabang produksi penting dan sumber daya alam dikuasai oleh negara melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tiongkok menjadikan BUMN sebagai ujung tombak pembangunan ekonomi negaranya.

Sementara itu, di Indonesia, pengelolaan ekonomi banyak diserahkan kepada mekanisme pasar. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak secara sungguh-sungguh menjalankan Pasal 33 UUD 1945, sementara Tiongkok mengimplementasikannya dengan baik. Di Indonesia, perekonomian negara dikuasai oleh sejumlah orang super kaya yang disebut sebagai oligark. Mereka memiliki kekuasaan yang berlebih dan memengaruhi kehidupan ekonomi dan politik bangsa.

Keputusan politik yang tepat akan membuat rakyat semakin sejahtera. Namun, untuk mencapai hal ini, pengelolaan kekayaan negara perlu dilakukan dengan baik. Pengelolaan kekayaan negara merupakan keputusan politik, baik itu di tingkat daerah atau nasional. Perjuangan untuk memperkuat ekonomi negara dan rakyat Indonesia harus dilakukan dengan hati-hati, bijak, dan arif.

Saat ini, paradoks yang dialami oleh negara kita adalah masalah kepemimpinan, kearifan, dan kehendak untuk mengambil keputusan politik yang tepat. Perjuangan memperkuat ekonomi negara harus dilakukan dengan semangat pantang menyerah agar bangsa Indonesia menjadi lebih kuat. Salah satu hal yang harus ditekankan dalam perjuangan ini adalah capaian pertumbuhan ekonomi dua digit secara berkelanjutan. Hal ini penting karena pertumbuhan ekonomi kita harus melebihi angka 10% untuk keluar dari middle income trap atau perangkap negara menengah.

Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari negara lain, seperti Tiongkok, yang telah berhasil keluar dari middle income trap. Dengan semangat pantang menyerah dan keputusan politik yang tepat, bangsa Indonesia pun bisa keluar dari paradoks yang sedang kita alami saat ini.

Source link