Exploring the Spiritual Heart of SMP Pius Cilacap through Mindfulness of Time

by -108 Views

SMP Pius Cilacap menerapkan jam spiritualitas hati untuk siswa setiap harinya di sekolah. Para siswa dilatih agar peduli, empati, dan ramah kepada teman-temannya.

“Ini merupakan salah satu upaya kami dalam mewujudkan Sekolah Ramah Anak (SRA),” ungkap Kepala SMP Pius Cilacap, Thomas Sutasman, Jumat (03/11/2023).

Menurut Thomas Sutasman, jam spiritualitas hati dilaksanakan seminggu sekali selama satu jam pelajaran. Tiap siswa diajak merefleksikan diri dan fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

“Tujuannya adalah agar siswa lebih peduli dan empati pada diri dan sesamanya,” ujarnya.

Selain itu, untuk mendukung program Sekolah Ramah Anak (SRA), pihak sekolah telah menyediakan fasilitas yang membuat anak nyaman untuk belajar dan bersosialisasi dengan teman-temannya di sekolah, seperti lingkungan yang bersih, fasilitas sekolah yang memadai, adanya CCTV, dan lainnya.

Pihak sekolah juga memberikan waktu bagi wali kelas masuk ke kelas masing-masing untuk memberikan pengarahan dan pendampingan kepada anak-anak. Selain itu, semua siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dengan guru bimbingan konseling (BK).

“Kami mengarahkan siswa untuk curhat ke guru BK. Dengan bercurhat, diharapkan akan ada penyelesaian, dan yang utama adalah mereka didengarkan,” lanjutnya.

Menurut Thomas, sekolah ramah anak memberikan dampak positif tidak hanya bagi siswa, namun juga bagi orang tua dan masyarakat. Anak-anak akan merasa nyaman selama di sekolah dan orang tua juga merasa aman.

Selama ini, tidak ada keluhan baik dari anak maupun orang tua mereka. Pihak sekolah juga terbuka untuk menerima keluhan atau masukan dari orang tua.

Thomas mengklaim bahwa ini menjadi tolak ukur keberhasilan SMP Pius Cilacap dalam mengimplementasikan program Sekolah Ramah Anak.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa SMP Pius telah mendeklarasikan Sekolah Ramah Anak (SRA) tiga tahun yang lalu dan pada awal tahun 2023.

“Kami sudah mendeklarasikan bersama dengan para guru, karyawan, dan siswa karena ada peristiwa yang menjadi keprihatinan bersama di Cimanggu. Kami juga mendeklarasikan untuk mencegah terjadinya perundungan di sekolah, yang sebenarnya merupakan salah satu bagian dari konsep ramah anak,” pungkasnya.