Bali – Dengan menggunakan limbah serbuk gergaji, I Gede Artha Sudiarsa, seorang pembudidaya jamur tiram di Karangasem, Bali, berhasil menghasilkan omzet sebesar Rp 40 juta hingga Rp 45 juta per bulan.
Gede juga melakukan pemberdayaan masyarakat di sekitar usahanya dengan membentuk kelompok tani budidaya Jamur Tiram. Kelompok ini memberikan edukasi dan pelatihan kepada anak-anak muda yang tertarik dalam bidang pertanian, khususnya budidaya jamur tiram. Gede berharap agar profesi petani bisa terlihat keren, sehingga generasi milenial dapat melihat adanya model-model pertanian yang dapat dikembangkan dengan cara yang lebih modern serta menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pola lama.
Keberhasilan Gede Artha Sudiarsa sebagai pembudidaya jamur tiram juga mendapatkan penghargaan dalam SATU Indonesia Award (SIA) tahun 2018.
Gede menghasilkan 3 jenis jamur, yaitu Jamur Tiram Putih, Tiram Coklat, dan Jamur Kuping. Proses budidayanya dimulai dari media tanam yang menggunakan limbah serbuk gergaji, dedak padi, tepung tani, tepung terigu, gula pasir, dan air. Media tanam tersebut dicampur menggunakan mixer untuk memastikan kehomogenan penggunaan media tersebut.
Proses budidaya dari awal pembuatan media hingga panen membutuhkan waktu sekitar 45 hari untuk jamur tiram dan 50 hari untuk jamur kuping. Setiap media tanam dapat menghasilkan 300 hingga 400 gram jamur selama masa produktif, namun produksinya akan berkurang pada panen selanjutnya.
Gede juga melakukan diversifikasi produksi olahan jamur tiram seperti kripik jamur, kaldu jamur, dan serbuk jamur. Prospek bisnis Gede Jamur berkembang dengan menyediakan media tanam jamur dan juga bibit jamur agar petani pemula dapat dengan mudah memelihara dan menunggu pertumbuhan jamur.
Untuk pemasaran produk jamur segar dan olahannya, Gede bekerjasama dengan restoran, rumah makan, dan pedagang.
Sumber: [Tautan](https://www.viva.co.id/gaya-hidup/gaya/1520098-jual-jamur-tiram-dari-limbah-serbuk-gergaji-warga-bali-raup-omzet-rp-45-juta-per-bulan)